Cuplikan retonika perjuangan Rasulullah saw
Adakah kau lupa?
Jejak itu telah menorehkan kejayaan peradaban mulia, mempesona
Lalu kemana kemuliaan itu saat ini?
Masih adakah? atau terpuruk terhinakan?
Lihatlah, semua bisa melihatnya
Tidak ada lagi fenomena keanggungan kemuliaan perempuan
Ter-ekploitasi, terjajah, terinjak
Mereka tidak lagi bangga menyandang gelar “ummu warabbitul bait”
Manipulasi jender, kebebasan, keglamoran, eksistensi model kecantikan
Seakan berteriak bahwa aturan Islam yang Muhammad bawa adalah suatu pengekangan
Ini hanya satu, satu cerita kami
Ada, masih ada curahan hati lain padamu yaa Rasul
Dengarlah tangis anak muslim di Palestina
Jeritan tuntutan atas kebungkaman kami terhadap kepedihan mereka
Menyayat hati, tapi tak pelak membuat kebangkitan muslim terealisasi
Terlalu banyak alasan untuk tidak menyelamatkan mereka
Inilah kami yang individualis
Jauh jika melihat muslim di negeri seberang
Lihatlah anak-anak dalam negeri
Busung lapar, putus sekolah, pekerja keras, mengemis, pengamen, peminta-minta
Siapa yang bertanggung jawab atas mereka
Lagi-lagi, kami hanya bisa menyantuni mereka satu hari
Esok, lusa, mereka akan lapar kembali
Ummat ini berduka yaa Rasul, sungguh berduka
Catatan kepedihan ini, berbuah mimpi akan kedatanganmu kembali
Engkaulah pembawa kemuliaan, mengangkat harkat martabat muslim
Engkaulah cermin cahaya Illahi
Menuntas semua kebodohan
Meski Allah telah bersabda bahwa engkau adalah penutup para Nabi
Izinkan kami menggenggam Islam agar tetap mulia tanpa terkontaminasi
Kami merindumu yaa Rasulullah
Jika bukan karena engkau yaa Rasul
Mengingat saat sakaratul maut menjemputmu
“ummati, ummati, ummati”
Telah tertulis kekhawatiranmu itu
Benarlah, benarlah sabdamu yaa rasul
Istiqomah menggenggam Islam diakhir zaman ini
Laksana menggenggam bara api
Sakit yaa Rasul, pedih membakar
Setitik air mata tak patut kami persembahkan
mengingat jaminanmu dihari perhitungan nanti kepada kami ummatmu
tak cukup yaa Rasulullah
hingga kematian itu menghampiri diri
teguhkan azzam kemuliaan Islam
Kokoh disetiap sanubari
Palembang, 1 Muharram 1434 H
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus