Tulisan Berjalan

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"(QS.Muhammad:7)

Minggu, 30 Maret 2014

Mengenal Lebih Dekat Ibnu Qayyim Al Jauziyyah

Muhammad bin Abi Bakr (محمد بن أبي بکر), bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi (الدمشقي), bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-Jauziyyah. Dalam Bahasa Arab namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية ابن القيم.
Dilahirkan di DamaskusSuriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.

Nasab
Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim.

Pendidikan
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada Syekh Safiyyuddin al-Hindidan Isma'il bin Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu pembahagian waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepadaIbnu Taimiyyah.
Beliau belajar ilmu faraidh dari bapaknya kerana beliau sangat berbakat dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firqah Islamiyah.
Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits, makna hadits, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.
Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah :
1.    Anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
2.    Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
3.    Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
4.    Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid. Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaumHanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751 Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Buku Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
·         Ijtimā' al-Juyūsy al-Islāmiyyah 'ala al-Mu'aththilah wa al-Jahmiyyah
·         Ahkām Ahli adz-Dzimmah
·         I'lān al-Muwaqi'īn 'an Rabb al-'Ālamin
·         Ighātsatu al-Lahfān min Mashāyidi asy-Syaithān
·         Ighātsatu al-Lahfan fī Hukmi Thalāqi al-Ghadbān
·         Badāi' al-Fawā'id
·         At-Tibyān fī Aqsāmi al-Qur'ān
·         Tuhfatu al-Maudūd bi Ahkāmi al-Maulūd
·         Jalāu al-Afhām fī ash-Shālāti wa as-Salāmi 'ala khairi al-Anām
·         Al-Jawāb al-Kāfi liman sa ala 'an ad-Dawā asy-Syāfi au Ad-Dā wa ad-Dawā'
·         Hādi al-Arwāh ila bilādi al-Afrāh
·         Raudhatu al-Muhibīn wa Nuzhatu al-Musytāqqīn
·         Ar-Rūh
·         Zādu al-Ma'ād fī Hadyi Khairi al-'Ibād
·         Syifā'u al-'Alil fi Masā'ili al-Qadhā' wa al-Qadar wa al-Hikmatu wa at-Ta'līl
·         Ash-Shawā'iq al-Mursilah 'ala al-Jahmiyyah wa al-Mu'aththilah
·         Ath-Thibb an-Nabawī (Bagian dari Kitab Zādu al-Ma'ād)
·         Ath-Thuruq al-Hukmiyyah
·         'Iddatu ash-Shābirīn wa Dzukhriyyaty asy-Syākirīn
·         Al-Farusiyah
·         Al-Fawā id
·         Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi an-Nahwi
·         Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi al-Intishari lilfirqati an-Nājiyah
·         Al-Kalām 'ala mas'alati as-Simāi
·         Kitāb ash-Shalāti wa Ahkāmu Tārikuhā
·         Madāriju as-Sālikīn baina Manāzili Iyyāka Na'budu wa Iyyaka Nasta'īn
·         Miftāhu Dāri as-Sa'ādah wa Mansyur Wilāyati al-'Ilmi wa al-Irādah
·         Al-Manār al-Munīf fī ash-Shahīh wa adh-Dha'īf
·         Hidāyatu al-Hiyāri fī Ajwibati al-Yahūd wa an-Nashāra
·         Al-Wābil ash-Shayyib min al-Kalimi ath-Thayyib

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar