Tulisan Berjalan

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"(QS.Muhammad:7)

Sabtu, 29 Maret 2014

Suami 3 S (Sayang, Setia, Siaga)

Disini saya tidaklah bermaksud memuji. saya hanya ingin menceritakan tentang kesetiaan. tentang kesiagaan seorang laki-laki bernama suami.
sungguh, dia bukanlah seorang ustadz dari harokah tertentu. dia juga bukanlah seorang aktifis. istrinya juga bukanlah seorang wanita yang rapat menggunakan hijab.
tapi, terlihat dimata, rumah tangga mereka, laksana rumah tangga rasulullah saw. mungkin berlebihan rasanya jika saya engatakan seperti itu, tapi inilah realita yang saya rasakan sejak lima bulan bertetangga dengan mereka.
istrinya adalah  seorang wanita yang pandai sekali menyambung tali silaturahmi. tak sekedar itu, dia adalah seorang wanita yang tak pernah ingkar janji.
bagaimana tidak, wanita yang telah 2 kali bersuami dan memiliki 4 orang anak ini selalu terlihat dikunjungi oleh tetangga-tetangganya dari rumahnya yang lama.
bukan sekedar itu, karena kerap menyambung tali silahturahmi inilah, tetangga disekitar rumahnya tak segan2 untuk selalu memberikannya hadiah.
Subhanallah..

Wanita yang telah 2 kali menikah ini, memiliki 2 anak dari suami keduannya. jarak usia hampir 10 thn diantara pasangan suami istri ini,  tidak membuat canggung diantara keduannya. lihatlah suaminya, tak pernah saya dengar suara suaminya sedikitpun ditelinga, secara langsung ataupun tidak langsung. suaminya adl seorang laki2 yang jarang sekali berbicara. namun kesiagaannya membantu istrinya, patutlah untuk dipuji dan dicontoh.
dia tak pernah malu untuk mencuci piring disaat istrinya sedang sibuk menyuapi anak bungsunya makan. ketika istrinya sedang memcuci pakaian, suaminya yang senantiasa membantu menyiapkan air, dan menjemur pakaian yang telah dicuci istrinya.
bukan hanya itu, saya mendapati cerita dari istrinya, bahwa dulu suaminya lah yang kerap memcucikan pakaian.
saya pangling bukan kepalang. disaat laki2 yang lain cenderung memiliki rasa malu untuk melakukan pekerjaan wanita tetapi seorang buruh yang payah bekerja diluar rumah tetap mampu memaksimalkan pekerjaan istrinya dirumah.

"Maka Nikmat Tuhanmulah yang masih kamu dustakan"
Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam dua bab di dalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya.
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu di rumah?”, Aisyah menjawab, “Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.”
Dalam Syama’il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, “Dan memerah susu kambingnya…”
Ibnu Hajar menerangkan faidah hadis ini dengan mengatakan, “Hadis ini menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan meninggalkan kesombongan dan hendaklah seorang suami membantu istrinya.”
Sebagian suami ada yang merasa rendah diri dan gengsi jika membantu istrinya mencuci, menyelesaikan urusan rumah tangga. Kata mereka, tidak ada istilahnya lagi, nyuci baju sendiri, merapikan rumah yang tidak bersih, dan jahit baju sendiri. Seolah-olah mereka menjadikan istri seorang pembantu dan memang tugasnyalah melayani suami. Apalagi jika mereka adalah para suami berjas berpenampilan necis, pekerjaan seperti ini tentu tidak lauak dan tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya. bahkan kerap kita temuai seorang suami yang ditinggal istrinya berkunjung kerumah orang tuannya, pakaian kotor dan piring bekas dia makan pun ditumpuknya, enggan dia mencucinya. dia tungguh sampai istrinya pulang kerumah. dan ketika istrinya kembali kerumah, didapatinya rumah yang berantakkan, pakaian dan piring2 yang menumpung.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan rumah tangganya dengan tenang dan bijak, bagaimanapun beratnya permasalahan tersebut. Beliau juga mampu menenangkan istri-istrinya jika timbul kecemburuan diantara mereka. Sebagian suami tidak mampu mengatasi permasalahan istrinya dengan tenang, padahal istrinya tidak sebanyak istri rasulullah dan kesibukannya pun tidak sesibuk rasulullah. Bahkan di antara kita ada yang memiliki istri cuma satu orang pun tak mampu mengatasi permasalaha antara dia dan istrinya.
Ibnu Hajar mengatakan, “Perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘ibu kalian cemburu’ adalah udzur dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam agar apa yang dilakukan istrinya tersebut tidak dicela. Rasulullah memaklumi bahwa sikap tersebut biasa terjadi di antara seorang istri dengna madunya karena cemburu. Rasa cemburu itu memang merupakan tabiat yang terdapat dalam diri (wanita) yang tidak mungkin untuk ditolak.”

Rofi’ Maryam (30-3-2014)



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar